PLTU Jawa 9 10 Cilegon Rampung, Emisi Terkontrol Optimal

Senin, 22 September 2025 | 14:24:17 WIB
PLTU Jawa 9 10 Cilegon Rampung, Emisi Terkontrol Optimal

JAKARTA - Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Jawa 9 dan 10 yang berada di kawasan Suralaya, Cilegon, Banten, kini resmi rampung dan siap beroperasi dengan teknologi terkini. 

Penyelesaian proyek ini menjadi tonggak penting dalam upaya memenuhi kebutuhan listrik nasional sekaligus menjaga standar lingkungan melalui pengendalian emisi modern. 

Kehadiran PLTU ini tidak hanya meningkatkan kapasitas pasokan listrik, tetapi juga menegaskan komitmen perusahaan dalam menjaga kualitas udara di sekitar pembangkit.

PLTU Jawa 9 dan 10 merupakan hasil kerja sama antara PT Barito Wahana Lestari, anak usaha PT Barito Pacific Tbk (BRPT), dan PT PLN Indonesia Power. Pembangkit ini memiliki peran strategis dalam menyediakan energi untuk Pulau Jawa dan sekitarnya, mengingat Suralaya telah menjadi pusat energi penting di Banten.

Unit pertama PLTU ini telah mencapai Commercial Operation Date (COD) pada 5 Maret 2025, sementara unit kedua menyusul pada 2 Mei 2025. Dengan kapasitas masing-masing unit sebesar 1.000 megawatt, total kapasitas PLTU mencapai 2.000 megawatt, memberikan kontribusi signifikan terhadap ketahanan energi nasional.

Kedua unit ini menggunakan teknologi steam turbine generator buatan OECD dan Ultra-Super Critical (USC) Boiler generasi terbaru. Selain itu, PLTU Jawa 9 dan 10 telah dilengkapi dengan berbagai perangkat pengontrol emisi mutakhir, termasuk Selective Catalytic Reduction (SCR), Flue Gas Desulfurization (FGD), Electro-Static Precipitator (ESP), dan Low NOX burner. 

Peralatan ini memungkinkan pengurangan polusi udara dari pembakaran batubara, termasuk menurunkan kadar nitrogen oksida dan nitrogen dioksida secara signifikan. 

Penggunaan teknologi SCR bersamaan dengan low NOX burner juga membuka peluang penerapan co-firing amonia hijau sebagai alternatif bahan bakar ramah lingkungan.

Rampungnya PLTU ini memberikan efek positif bagi portofolio bisnis Barito Pacific secara keseluruhan. Pada paruh pertama 2025, BRPT berhasil mencatatkan EBITDA konsolidasi sebesar US$1,97 miliar, meningkat 628 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. 

Kenaikan ini didorong oleh keberhasilan akuisisi Aster Chemicals and Energy Pte Ltd oleh PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA), anak usaha BRPT di sektor petrokimia. Menurut David Kosasih, Direktur Barito Pacific, pencapaian ini menjadi modal penting untuk rencana ekspansi bisnis dan pengembangan usaha di masa depan. 

“Hal ini tentu menjadi kontribusi positif bagi rencana ekspansi dan pengembangan bisnis Barito Pacific ke depannya,” ujar David Kosasih.

Selain fokus pada sektor listrik, BRPT dan anak usaha terus mengembangkan energi terbarukan melalui PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN). 

Pada 2024, BREN sukses mengakuisisi Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Sidrap, serta menambah kapasitas panas bumi di seluruh aset melalui proses retrofit sebesar 106 megawatt hour (MWh). Langkah ini menunjukkan keseriusan perusahaan dalam mendukung transisi energi sekaligus memperkuat portofolio energi bersih.

Dalam bidang petrokimia, TPIA menuntaskan akuisisi Aster Chemicals pada 2025. Anak usaha TPIA lainnya, PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA), juga sukses melakukan initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia, berhasil menghimpun dana sebesar Rp2,3 triliun. 

Upaya ini memperkuat posisi perusahaan dalam industri petrokimia sekaligus mendukung pembiayaan proyek energi yang ramah lingkungan.

PLTU Jawa 9 dan 10 di Suralaya, selain menghasilkan energi, juga memperlihatkan komitmen perusahaan terhadap pengelolaan lingkungan yang bertanggung jawab. 

Instalasi FGD memastikan kandungan sulfur di gas buang berkurang, sedangkan ESP menangkap partikel debu dan abu. Dengan langkah ini, PLTU dapat beroperasi dengan risiko dampak lingkungan yang minimal. 

Low NOX burner dan teknologi SCR memungkinkan emisi nitrogen terkontrol, membuka ruang untuk inovasi penggunaan bahan bakar alternatif seperti amonia hijau, yang lebih ramah lingkungan.

Keberadaan PLTU ini juga memberi efek domino terhadap sektor ketenagalistrikan di Indonesia. Dengan kapasitas total 2.000 MW, pembangkit di Cilegon diharapkan memperkuat stabilitas pasokan listrik di Pulau Jawa dan sekitarnya, mengurangi risiko pemadaman, dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang membutuhkan energi stabil. 

Implementasi teknologi terkini pada PLTU Jawa 9 dan 10 menjadi contoh bagaimana pembangkit konvensional dapat beradaptasi dengan tuntutan lingkungan dan efisiensi energi.

Selain peralatan pengendali emisi, manajemen PLTU juga melakukan monitoring berkelanjutan untuk memastikan kinerja sistem tetap optimal. Setiap proses pembangkitan listrik dipantau secara digital, mulai dari tekanan uap, suhu, hingga kualitas emisi gas buang. 

Proses ini memungkinkan respons cepat jika terjadi anomali operasional, sehingga memastikan kontinuitas pasokan listrik serta kepatuhan terhadap standar lingkungan.

BRPT dan anak usaha juga mendorong integrasi PLTU dengan energi terbarukan. Pengembangan co-firing menggunakan amonia hijau diharapkan dapat mengurangi ketergantungan terhadap batubara, menurunkan emisi karbon, dan menjadi langkah awal dalam mendukung transisi energi nasional. 

Dengan strategi ini, PLTU Jawa 9 dan 10 tidak hanya menjadi sumber listrik besar, tetapi juga contoh proyek pembangkit yang menggabungkan efisiensi, keamanan, dan keberlanjutan lingkungan.

Ke depan, PLTU Jawa 9 dan 10 diproyeksikan menjadi model bagi pengembangan pembangkit listrik baru. Kombinasi antara teknologi mutakhir, pengelolaan emisi yang baik, dan integrasi energi terbarukan menegaskan bahwa pembangunan energi besar tidak harus mengorbankan lingkungan. 

Perusahaan berkomitmen untuk terus mengembangkan inovasi yang memungkinkan penambahan kapasitas sambil tetap menjaga kualitas udara, air, dan keselamatan masyarakat sekitar.

Penyelesaian PLTU ini menjadi bukti nyata bahwa sinergi antara investasi, teknologi, dan pengelolaan lingkungan dapat berjalan beriringan. 

Sebagai pembangkit energi strategis, PLTU Jawa 9 dan 10 akan menjadi pilar penting ketahanan energi nasional, mendukung pertumbuhan ekonomi, sekaligus membuka peluang pengembangan energi ramah lingkungan di masa mendatang.

Terkini